Kenangan Masa Depan
Bab I : Bocah Gendut
“Saya beneran masih ingat, Pak!! Pas kemarin sore saya lagi
pulang kuliah itu, saya turun tangga dari gedung fakultas Teknik Perkunyahan,
dan saya ngeliat cewek cantik banget, rambutnya dicat cokelat dan mukanya kayak
artis instagram!”
“Terus gimana?”
“Saya senyum ke dia...”
“Nah terus?”
“Dia ga seneng sama senyum saya dan saya malah didorong pak
sama itu cewek, saya jatuh ditangga... dan saya tiba-tiba bangun disini... di
masa ini!”
Pak Anton mengerutkan keningnya sambil menggeleng-gelengkan
kepala, lantas ia bertanya,”Jujur aja, Rick... Saya enggak percaya sama cerita
kamu”
------===========----------
2 Jam sebelumnya -
“Heh!! Ricky!” Suara teriakan dari Pak Rudy, sang guru
matematika yang galak memecahkan keheningan di kelas pada pagi hari itu.
Ricky terbangun, memandang kesekelilingnya sambil memasang
wajah bingung, dan kini pandangannya tertuju kedepan. Terlihat sosok pria
separuh baya yang memakai kacamata tebal, berkumis tipis, dan bermata besar
yang sedang berjalan menghampiri tempat duduk Ricky.
“Kamu ya!!! Saya lagi ngajar malah tidur! Coba kamu maju
kedepan, kerjain soal statistik barusan!”
Ricky bangun dari kursinya dan maju kedepan dengan langkah
lesu, masih memasang tampang penuh kebingungan. “Wah anjing.. kenapa gue
tiba-tiba mimpi jadi anak SMA”
“Kamu bilang apa?!!!” Teriak Pak Rudy sambil menggebrak
meja.
Ricky melakukan aksi yang tidak terduga, dengan mudahnya ia
mengerjakan soal statistik dari Pak Rudy, bahkan dengan metode baru yang belum
pernah diajarkan oleh sang guru tersebut. Satu kelas terdiam sambil memandang
kagum kepadanya, Pak Rudy yang tadinya hendak marah karena mendengar Ricky
berkata “anjing” pun akhirnya terkesima.
“Waah... kamu hebat juga, kamu ngeles dimana?” Tanya pak
Rudy sambil memasang wajah kagum, ia tersenyum lebar sambil menepuk pundak
Ricky.
“Bapak bercanda aja nih.. hahah saya anak Teknik jurusan
akhir mah dikasih soal dasar ginian pas mabuk juga masih bisa ngerjain,” Jawab
Ricky sambil tersenyum kecil.
Pak Rudy terkejut, “Kamu.. masih mimpi ya?”
“Iya pak saya lagi mimpi jadi anak SMA lagi,” balasan Ricky
membuat seisi kelas tertawa, semua orang hanya menganggap kata-katanya sebagai
candaan belaka.
Saat istirahat pun tiba, Ricky melangkah keluar gedung
sekolah, menghampiri lapangan bola sambil memandang kedepan dengan tatapan
kosong.
“Gue mimpi lama banget... tapi enak juga sih, jarang-jarang gue
sadar kalo gue lagi mimpi.... dan jadi anak SMA lagi, seru juga sih kayaknya.”
Tiga orang siswa berdiri dengan pose menantang, menghalangi
jalan Ricky menuju lapangan sepakbola.
“Lu kan bocah SMA 1, ngapain kesini? Lu gak tau ya kalo ini
wilayah kita?”
“Gue mau cerita ke lu semua... pernah ga bayangin suatu
saat... lu udah kuliah semester 8, dan lu adalah kapten dari tim sepakbola
kampus dan selain itu elu juga jago beladiri, nah terus tiba-tiba dengan
ajaibnya berubah jadi anak sekolahan lagi? Dan pas elu lagi jalan-jalan
kebingungan, ada tiga bocah anjing yang nyari masalah sama elu?”
Tiga orang siswa itu memberi jawaban yang mengejutkan, bukan
jawaban dengan kata-kata belaka namun jawaban mereka berupa pukulan telak
kearah dada Ricky yang masih asik bercerita.
“Wuah.. ngent...!!” Belum sempat Ricky menyumpah, pukulan
kedua mendarat diperutnya. Ia melompat kebelakang namun pukulan itu masih
mengenainya dan rasa nyeri mulai muncul.
“Sialan, kenapa gue jadi gendut?!” Jerit ricky sambil
melihat perut yang barusaja dipukul oleh lawan, dan tampak sebuah perut yang
buncit bagaikan buah semangka.
“Lu udah gendut dari dulu kali, bego!” Ejek salah seorang
siswa yang berambut belah tengah sambil melancarkan tendangan kearah wajah
Ricky.
“Wah anjing lu!” Teriak Ricky sambil menangkap tendangan
lawan dengan mudahnya.
“Bhuak!!!” Tangan kiri Ricky tertendang keras dan ia
melompat mundur sambil menjerit kesakitan. “Ahhhh!!! Sialan... kenapa gerakan
gue salah!” Ia memaki dirinya sendiri sambil memandangi sepasang tangannya yang
lembut karena penuh terisi lemak.
“Woi stop!!!!!! Tunggu!!!! Sumpah demi Tuhan, Stop! Gue
ngerasa ada yang aneh sama gue!”
“Ya Tuhan, emang lu aneh. Barusan lu ngatain kita pake
kata-kata jorok, sekarang lu bawa-bawa nama Tuhan?”
Ricky semakin kesal dan membalas,”Nah kan lu lebih anjing!
Gue ga ada salah apa-apa malah lu pukulin!”
“Elu yang nantangin kita!!” Jerit si rambut belah tengah
sambil bersiap memukul Ricky lagi.
“Eh iya maaf, anjing! Jadi gini! Dengerin gue, oke?!”
Ketiga siswa itu mulai kebingungan, kejadian ini merupakan pertama
kalinya dalam seumur hidup mereka sebagai berandalan sekolah, ada bocah gendut
yang menantang mereka berkelahi, lantas minta ampun setelah kalah berkelahi sambil
terus berkata-kata jorok. Mereka mulai terdiam sambil memandangi Ricky dengan
tatapan penuh kekesalan.
Ricky menarik nafas panjang, mencoba menelan semua kekecewaannya
dan mulai bercerita, “Gue sebenernya anak kuliahan. Sumpah, gue anak semester 8
Teknik Perkunyahan, gue belajar tentang membuat benda apapun jadi bisa
dikunyah. Gue lagi kerjain skripsi... oke? Dan gini... kemarin gue ngeliat
cewek cantik banget kayak artis pas gue lagi turun tangga! Gue senyum ke si
cewek itu dan dia malah ga seneng ngeliat senyuman gue, dan gue didorong dari
tangga! Gue jatuh lah panik, trus tiba-tiba kebangun di kelas matematika Pak
Anton barusan tadi pagi ini!!!”
Kekecewaan Ricky bertambah ketika ia menyadari bahwa ketiga
bocah berandalan itu tidak memperhatikannya saat ia bercerita.
“Wah, malah curhat dia...” Ejek si rambut keriting sambil
memasang senyum licik.
Ricky menepuk dahinya sendiri sambil menarik nafas panjang
sekali lagi, ia memandang ketiga lawannya dengan tatapan tajam, kali ini wajah
Ricky terlihat begitu serius sehingga ketiga siswa berandalan itu berhenti
tersenyum nakal. Ricky mulai membuka mulutnya dan tubuhnya membuat gerakan
ancang-ancang, seakan ia hendak menyerang lawannya.
“Sampai jumpa,” kata Ricky sambil berlari menjauh kearah
kantin. Perutnya yang buncit terlontar keatas dan kebawah seiring ia berlari.
Gerakannya begitu lambat dan lucu sehingga ketiga berandalan tadi mengurungkan
niat mereka untuk mengganggu Ricky lebih jauh lagi, mereka hanya tertawa geli.
------=================------------
2 Jam kemudian
Pak Anton mengerutkan keningnya sambil menggeleng-gelengkan
kepala, lantas ia bertanya,”Jujur aja, Rick...Kamu bilang kamu dari masa depan,
kamu didorong sama cewek sampai jatuh di tangga dan tiba-tiba kamu ke masa
sekarang?
“Dan saya jadi jelek dan gendut pak!”
“Kamu .. nyindir saya?” Nada Pak Anton meninggi setelah
mendengar Ricky berkata demikian.
Ricky lupa bahwa sosok guru yang duduk didepannya juga
berperut buncit.
“Bener pak, di masa depan saya ganteng, sampai cowok juga naksir
sama saya!” kata Ricky sambil tertawa, “Gini Pak, logikanya kan kalau saya dari
masa depan dan ke masa lalu... masa sekarang ini, saya seharusnya ingat semua
kejadian yang akan terjadi kan?”
“Ya!!!” Seru Pak Anton
“Nah masalahnya saya enggak ingat apa-apa! Saya enggak tau kalau
saya pas muda gendu..t. eh,”
Ricky menghentikan kata-katanya saat menyadari
bahwa itu adalah kata sensitif yang membuat Pak Anton mulai memasang wajah
masam lagi, “Gini, nama saya memang Ricky! Tapi seharusnya Ricky di masa SMA
dia yang dulu sosoknya enggak seperti saya yang sekarang!”
Saya enggak percaya sama cerita kamu!”
“Saya sendiri juga enggak percaya pak. Tapi gini... saya beneran enggak tau harus ngapain lagi,
Pak! Karena kata murid-murid lain, Pak Anton adalah guru yang paling enak diajak
ngobrol di satu sekolah ini! Saya percaya sama bapak, jadi sekarang saya
disini!”
Ricky bercerita panjang lebar dengan Pak Anton, ia menjelaskan
seluruh detil kejadian aneh nan ajaib yang ia alami, dan Pak Anton hanya mengangguk
terus menerus.
Sore hari itu Ricky pulang sambil memandangi secarik kertas
dengan penuh harapan. Kertas itu bertuliskan alamat rumah, tempat tinggal si
bocah gendut yang bernama Ricky.
1 komentar:
wah,gan,serial baru lagi ini? ^^
lama nggak ngobrl :v
Posting Komentar